Tags

Recent Post

Follow Us @mila_miza

Eva Blog

Over 600,000+ Readers Get fresh content from Eva

Langsung ke konten utama

5 Tanda "Breadcrumbing" Dalam Suatu Hubungan Yang Perlu Kamu Ketahui

5 Tanda Breadcrumbing dalam suatu Hubungan

Breadcrumbing sering mengandung unsur narsisme dan manipulasi.

Breadcrumbing dapat diartikan sebagai tindakan "mengarahkan seseorang" dan "menjaga harapan seseorang" melalui tindakan ketertarikan, bujukan, maupun godaan kecil, tetapi pada akhirnya mengecewakan korban dengan harapan palsu(PHP), janji kosong (ghosting), dan pengabaian.

Breadcrumbing dapat terjadi dalam skenario kencan dan romantis (yaitu mengikat seseorang tetapi tidak berkomitmen), dinamika keluarga (yaitu cinta yang jarang dan bersyarat), persahabatan dan media sosial (yaitu menghubungkan kemudian semi-ghosting), dan situasi profesional (yaitu peluang ilusif yang menggantung).

Dalam bentuk yang lebih ringan, Breadcrumbing tidak memiliki konsistensi dan integritas.

Paling buruk, breadcrumbing secara terus-menerus memiliki unsur narsisme (penyerapan diri/pemuasan diri sendiri), manipulasi (memanfaatkan orang lain), dan pelecehan (pengkhianatan emosional/pengabaian).

Berikut 5 tanda breadcrumbing dalam suatu hubungan yang perlu kamu ketahui, yaitu:

1. Roller Coaster Emosional dan Ketidakpastian

Mereka yang menerima Breadcrumbing sering mengalami roller coaster emosional (kecewa sebagian besar waktu dengan harapan palsu sesekali), bersama dengan kebingungan dan keraguan diri. Korban dari breadcrumbing mungkin mulai mempertanyakan dan bahkan menyalahkan diri sendiri atas pengabaian relasional breadcrumb (yaitu "apakah ini karena saya?", "apakah saya melakukan sesuatu yang salah?")

2. Ketergantungan Hubungan

Dalam banyak kasus, Breadcrumbing dapat mempengaruhi ketergantungan relasional, di mana korban terus mencari Breadcrumbing untuk menggantungkan harapan palsu berikutnya untuk mempertahankan ilusi hubungan positif. 

Beberapa korban dari Breadcrumbing mungkin berusaha lebih keras untuk menyenangkan dan membuktikan nilai mereka (yang mungkin persis seperti yang diinginkan oleh Breadcrumbing), tanpa menerima pengakuan dan balasan yang tulus sebagai balasannya.

Secara signifikan, breadcrumber mungkin menunjukkan minat dan perhatian ketika mereka menginginkan sesuatu dari korban, hanya untuk kembali ke cara mereka egois dan lalai setelah mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan.



3. Kekuatan Menunggu dan Menyerah

Terkait dengan ketergantungan hubungan, korban breadcrumbing sepertinya selalu menunggu — untuk breadcrumber untuk mengirim pesan teks atau telepon, untuk menindaklanjuti janji yang telah lama dipegang, atau untuk akhirnya menunjukkan komitmen dalam suatu hubungan.

Dalam permainan menunggu ini, sebuah dinamika yang tidak sehat dan tidak adil tercipta. Breadcrumber memegang kekuatan perhatian, penerimaan dan persetujuan, sementara korban menyerahkan kekuatan prioritas, kemandirian, dan harga diri mereka.

4. Merasa Dimanfaatkan dan Dimanipulasi / Disangkal

Jauh di lubuk hati, banyak korban Breadcrumbing "tahu lebih baik" bahwa mereka sedang dipimpin dan digantung. Namun, beberapa mungkin terus bertahan dalam hubungan untuk menghindari menghadapi kebenaran yang menyakitkan (bahwa breadcrumber benar-benar tidak peduli), dan karena takut kehilangan keamanan palsu. 

Sebuah pertanyaan penting untuk ditanyakan adalah: "Apakah saya pantas mendapatkan yang lebih baik daripada cara saya diperlakukan dalam hubungan ini?"

5. Kesepian dan Kekosongan

Hasil dari semua kondisi di atas adalah bahwa korban breadcrumbing yang terus-menerus sering merasa kesepian, putus asa, depresi, dan mungkin yang paling penting, kekosongan. 

Kekosongan yang berasal dari kurangnya substansi sejati dalam hubungan.


I am a content writer with ability to craft creative writings, who keen to promote new perspective on relevant things in life, in order to encourage innovation in society no matter how small, throughout interesting digital content.

Komentar